Industri perfilman tanah air tak henti-hentinya melahirkan karya lagi yang tentunya tidak pernah main-main. Film garapan sutradara Raphael Wregas Bhanuteja, atau yang biasa dikenal sebagai Wregas Bhanuteja, menarik perhatian penggemar film tanah air bahkan jauh sebelum film tersebut dirilis. Penyalin Cahaya, atau dalam judul internasionalnya disebut Photocopier, merupakan film bergenre drama misteri kriminal yang menjadi film panjang pertama dari sang sutradara. Ada banyak sekali alasan, terutama bagi kalian para penikmat film Indonesia, untuk menanti film yang satu ini.

Wregas Bhanuteja di Balik Film Penyalin Cahaya
Nama Wregas Bhanuteja sudah tidak asing lagi di kalangan para penikmat dan pecinta film Indonesia. Sutradara kelahiran Yogyakarta ini adalah lulusan De Britto College High School, Yogyakarta, serta Fakultas TV dan Perfilman, Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Wregas dikenal dengan sederet film pendeknya seperti Senyawa (2012), Lemantun (2014), dan Lembusura (2015).

Salah satu film pendeknya yang berjudul Prenjak (2016) bahkan sudah melalang buana hingga ke Cannes Film Festival tahun 2016 lalu, dan memenangkan Cannes Critics’ Week Best Short Film. Wregas juga menyutradarai film pendek dari adaptasi novel karya Eka Kurniawan yang berjudul Tidak Ada yang Gila di Kota Ini pada tahun 2019 lalu, dan berhasil ditayangkan di Sundance, Busan, dan Locarno. Seperti yang dikatakan sebelumnya, film ini sangat digadang-gadangkan sebelumnya karena film ini merupakan film panjang pertama dari Wregas Bhanuteja.
Mengangkat Topik Pelecehan Seksual
Berbeda dengan film-film Indonesia sebelumnya, film Penyalin Cahaya mengangkat tema yang jarang dibahas pada film-film tanah air. Wregas Bhanuteja, dalam filmnya, membahas tentang penyelesaian kasus pelecehan seksual yang dialami pemeran utama wanitanya, yaitu Sur (Shenina Syawalita Cinnamon). Diceritakan bahwa Suryani atau Sur adalah adalah seorang mahasiswi yang bergabung dengan komunitas teater Mata Hari di universitasnya.
Pada suatu hari Sur menghadiri malam perayaan pencapaian komunitas teaternya, hingga keesokan harinya dia bangun tanpa mengingat apapun yang terjadi pada malam sebelumnya. Foto selfie milik Sur pada saat perayaan malam hari itu tersebar di internet. Gara-gara masalah itu, Sur kehilangan beasiswanya dan diusir oleh keluarganya.

Kekhawatirannya semakin memuncak ketika Sur mengira bahwa foto selfie itu adalah hasil dari bahan lelucon seniornya di teater Mata Hari. Pada akhirnya, Sur dibantu teman masa kecilnya, Amin (Chicco Kurniawan), yang bekerja di sebuah tempat fotokopian, untuk mengungkap kebenaran pada malam itu.
Kru dan Pemeran yang Menjanjikan
Selain sosok Wregas Bhanuteja yang disoroti sebagai sutradara dalam film ini, kita juga perlu tahu bahwa film Penyalin Cahaya diproduseri oleh Adi Ekatama dan Ajish Dibyo, serta ditulis oleh seorang penulis skenario, yaitu Wregas Bhanuteja sendiri dan Henricus Pria. Selain sosok-sosok yang memiliki peran besar di balik layar tersebut, film Penyalin Cahaya juga menghadirkan sederet pemeran yang menarik dan telah memiliki reputasi di dunia perfilman.
Sederet pemeran tersebut antara lain Shenina Cinnamon yang berperan sebagai Sur, Chicco Kurniawan sebagai Amin, Lutesha Sadhewa sebagai Farah, Jerome Kurnia sebagai Tariq, Dea Panendra sebagai Anggun, Giulio Parengkuan sebagai Rama, Lukman Sardi sebagai ayah Sur, Ruth Marini sebagai ibu Sur, Mian Tiara sebagai bidan di film tersebut, Rukman Rosadi sebagai dekan universitas tempat Sur belajar, dan Landung Simatupang sebagai Burhan. Film ini juga diproduksi atas kerjasama yang dijalin oleh Rekata Studio dengan Kaninga Pictures.
Tayang Perdanadi Busan International Film Festival
Sama seperti festival film internasional lainnya, kali ini Film Penyalin Cahaya didaftarkan untuk tayang perdana di Busan International Film Festival 2021 atau (BIFF) yang sudah dilaksanakan pada Rabu, 6 Oktober hingga Jum’at, 15 Oktober lalu. Film Penyalin Cahaya mendapat giliran untuk rilis secara global pada Jum’at, 8 Oktober di Busan Cinema Center1. Kemudian, film tersebut kembali ditayangkan pada tanggal 12 Oktober dan 14 Oktober di Lotte Cinema Centum City 2.
Indonesia sendiri tidak hanya mengirimkan Penyalin Cahaya untuk Busan International Film Festival tahun ini, namun film-film lainnya, antara lain Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas karya Edwin dan Yuni karya Kamila Andini yang masuk kategori A Window on Asian Cinema. Film pendek Laut Memanggilku karya Tumpal Tampubolon juga masuk ke dalam kategori Wide Angle, sedangkan Penyalin Cahaya didaftarkan untuk kategori New Current.
Nominasi Terbanyak di Festival Film Indonesia 2021
Setelah pengumuman pada malam nominasi Piala Citra melalui streaming Vidio dan kanal Youtube Festival Film Indonesia pada Minggu, 10 Oktober 2021 lalu, film Penyalin Cahaya menerima 17 nominasi, dan sejauh ini tercatat sebagai film Indonesia yang menerima nominasi terbanyak pada Festival Film Indonesia 2021.
Dari 17 nominasi tersebut, di antaranya adalah nominasi untuk film terbaik, nominasi sutradara terbaik untuk Wregas Bhanuteja, nominasi pemeran utama perempuan terbaik untuk Shenina Cinnamon, nominasi pemeran pria terbaik untuk Chicco Kurniawan, nominasi pemeran pendukung perempuan terbaik untuk Dea Panendra, serta nominasi pemeran pendukung pria terbaik untuk Jerome Kurnia dan Giulio Parengkuan.
Word Count: 719